Engkau Telah Terlupa
bagi: erie
engkau kini menapaki fajar, erie
atas nadanada yang dahulu saat kecil
sempat kau simpan antara guguran gerimis
dan mimpi; masih saja aku mengingatnya
"di lamongan aku tidak bisa
menemukan masa depan"
begitu ujarmu sambil tersenyum
lantas engkau menutup pintu
berkemas meninggalkan potret masa kecil
dan vas bunga
di dinding pagi, di teras rumah.
sungguh, sepeniggalmu
menyisakan luka sunyi
dari nyanyian yang sempat engkau usung
di pentas kotamu
yang murung
dan sekarang,
bila sekali saja engkau mengingat
kota kelahiranmu
dari balik kedip lampu jakarta
padamkan ia
sebab, engkau telah sampai
di suatu alamat
yang engkau sendiri tak tahu dimana.
engkau telah terlupa erie!
Lamongan, 2004
Nuansa Samudra
di atas laut pada suatu tanjung kodok
kita saling berkaca
dan wajah kita bercakap sepi
(sesepi buih)
adalah biru gelombang
menuntaskan sejarah
menjadi nuansa samudra.
duh,
siapa di balik pelayaran van der wijck
di ini lamongan
di hening samenanjung
(dan sisasisa tenggelamnya).
akulah gelombang itu
mengekalkan wajah laut tak bercamar
di kisaran karang dan pasirpasir
menggelisahi debur waktu
akupun debur waktu:
diam gelisahkan gelombang
yang mungkin masih tersisa
pada ambang kota
yang baru saja kita tinggalkan.
Lamongan, 2004
Sebuah Muara Sejarah
sebuah tempayan di kepala perawan
kembali hampa
o, kembali matahari padam
dan rembulan terkapar di rimbun pohonan
"getah kembali tumpah semalam
di hampar sebuah peperangan"
pohonpohon saling bisikan embun
bahkan menggerai seribu gerak
bayangbayang
melambai
sebab hempasan nafas
memanggil sekujur kesaksian
di ini senja di pembuluh kelam belantara
mari membakar lilin sendirisendiri
sampai wajah
sampai terang jejak ke jejak
(sebuah perjalanan kemerdekaan
membawa rembulan kembali
ke medan langit)
duh, bertetes hening sebuah sejarah
meratapi pohonan ditimpah kobaran api
siapa berani menelannya!
Lamongan, 2004
bagi: erie
engkau kini menapaki fajar, erie
atas nadanada yang dahulu saat kecil
sempat kau simpan antara guguran gerimis
dan mimpi; masih saja aku mengingatnya
"di lamongan aku tidak bisa
menemukan masa depan"
begitu ujarmu sambil tersenyum
lantas engkau menutup pintu
berkemas meninggalkan potret masa kecil
dan vas bunga
di dinding pagi, di teras rumah.
sungguh, sepeniggalmu
menyisakan luka sunyi
dari nyanyian yang sempat engkau usung
di pentas kotamu
yang murung
dan sekarang,
bila sekali saja engkau mengingat
kota kelahiranmu
dari balik kedip lampu jakarta
padamkan ia
sebab, engkau telah sampai
di suatu alamat
yang engkau sendiri tak tahu dimana.
engkau telah terlupa erie!
Lamongan, 2004
Nuansa Samudra
di atas laut pada suatu tanjung kodok
kita saling berkaca
dan wajah kita bercakap sepi
(sesepi buih)
adalah biru gelombang
menuntaskan sejarah
menjadi nuansa samudra.
duh,
siapa di balik pelayaran van der wijck
di ini lamongan
di hening samenanjung
(dan sisasisa tenggelamnya).
akulah gelombang itu
mengekalkan wajah laut tak bercamar
di kisaran karang dan pasirpasir
menggelisahi debur waktu
akupun debur waktu:
diam gelisahkan gelombang
yang mungkin masih tersisa
pada ambang kota
yang baru saja kita tinggalkan.
Lamongan, 2004
Sebuah Muara Sejarah
sebuah tempayan di kepala perawan
kembali hampa
o, kembali matahari padam
dan rembulan terkapar di rimbun pohonan
"getah kembali tumpah semalam
di hampar sebuah peperangan"
pohonpohon saling bisikan embun
bahkan menggerai seribu gerak
bayangbayang
melambai
sebab hempasan nafas
memanggil sekujur kesaksian
di ini senja di pembuluh kelam belantara
mari membakar lilin sendirisendiri
sampai wajah
sampai terang jejak ke jejak
(sebuah perjalanan kemerdekaan
membawa rembulan kembali
ke medan langit)
duh, bertetes hening sebuah sejarah
meratapi pohonan ditimpah kobaran api
siapa berani menelannya!
Lamongan, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar