Selasa, 05 Agustus 2008

JERITAN LILIN KECIL

Is Faridatul Arifah

Pagi ini, rupanya sang surya mulai menantang hidup yang selalu berselimutkan kegagalan. Di sini, di kota ini. Kota yang penuh akan tantangan dan perjuangan. Mau tak mau harus kami lalui untuk menyambung hidup. Sejak aku umur 12 tahun, ayah dan ibu sudah meninggalkan kami. Sejak itu, kami berjuang untuk hidup sendiri. Kami begitu mendambakan kasih sayang sebuah keluarga.


“Ah,… serasa hidupku dipermainkan oleh dunia.” gumamku sambil menepuk-nepuk dada. Sekarang aku dan adikku tinggal di kolong jembatan. Kudirikan gubuk kecil dengan penghuni lilin-lilin kecil. Berteman dengan hewan-hewan kecil dan sampah yang berserakan. Kami mencari makan dengan berprofesi sebagai pemulung. Kami tak sungkan ataupun minder. Karena menurut kami itu salah satu pekerjaan yang halal dan tak merugikan orang lain. Tapi kadang kami juga merasa iri ketika melihat teman sebaya memakai seragam sekolah. Kami hanya sangat ingin sekolah seperti mereka. “Tuhan adakah secerca kebahagiaan yang tersisa buat kami?” Ya, pertanyaan itulah yang selalu mengusik hidup kami. Siang dan malam kami selalu berusaha dan berdo’a. Berharap dunia akan takluk. Bertekuk lutut di kaki kami. “Ah, mungkin ini hanyalah hayalan sebuah lilin kecil yang mendambakan kebahagiaan.” Tiba-tiba adikku datang dan duduk di sampingku.

“Kak, aku kangen bapak dan ibu. Sebenarnya mereka ada di mana Kak?” rintihnya.
Mataku terbelalak ketika Nia menanyakan hal itu. Aku mencoba menyembunyikan kenyataan itu dengan sedikit kebohongan.

“Iya, Kakak juga kangen sama mereka. Tapi kamu sabar ya. Mereka sekarang sedang bekerja mencari uang untuk kita.” kataku lirih.
Ibu…..
Kami rindu kehangatan pelukmu
Kami rindu belaian kasihmu
Kami rindu pancaran senyummu
Andai….
Engkau masih bersama kami
Bercanda dalam keakraban hati
Berbicara menyusup nurani
Tuhan…..
Kami tak bisa tanpa mereka
Kami galau, kami rindu
Kami haus kasih sayang mereka
Kembalikan mereka ke dalam hati kami
Temani dalam peraduan, tenggelam dalam kedamaian
Kami yakin kalian bahagia di sana.
Jeritan hatiku merintih sambil kupeluk tubuh mungil adikku.
***

Tiga hari sudah perut kami tak terisi sekepal nasi. Dan adikku rupanya mulai sakit-sakitan. Aku bingung harus berbuat apa. Dengan tubuh lemas, Nia meraih tanganku dan mengiba padaku.

“Panggil ibu Kak. Nia kangen. Nia lapar. Nia sudah tak kuat.” katanya dengan lemas.
“Iya, sabar ya Nia. Kakak mau cari makanan dulu. Siapa tahu kakak dapat rizki.” kataku dan aku coba berlari sekencang-kencang mungkin mengalahkan angin yang berhembus menusuk sukmaku. Tibalah aku di sebuah warung penjual nasi. Kupandangi makanan yang berjajar di sana. Dengan sedikit menelan ludah, tiba-tiba pemiliknya datang membawa sepiring nasi bekas pembeli.

“Boleh saya minta nasi itu Pak?” kataku sambil menunjuk ke arah piring itu.
“Enak saja kamu. Itu ambil kalau mau.”
Nasi itu dibuangnya ke tong sampah. Dengan hati teriris, aku mencoba mengumpulkan nasi yang berserakan itu. Kuambil yang masih bersih. Dan aku masukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian aku berlari menuju gubuk reotku.

“Nia, lihat, Kakak bawa makanan. Kamu makan ya.” kataku.
Nia memandangiku dan mengusap butir air mata yang selalu setia membasahi pipi.
“Kakak suapin ya? Maafin aku Nia. Kakak tak bisa menjagamu.” kataku dalam hati.
“Kakak tidak makan?” gumamnya lirih.
“Tidak, Kakak sudah kenyang kok.”

Kupegang kening Nia. Suhu badannya semakin tinggi. Aku berniat membawanya ke rumah sakit. Tapi bingung. Harus dengan apa aku bawa dia ke sana? Aku tak punya uang sepeserpun untuk biaya rumah sakit.

Kuambil baju yang terpajang di belakang pintu. Kuambil liontin. Lalu secepat kilat aku berlari menembus kegundahan. Berteman air mata yang terus mengalir tak terbendung. Sudah berkilo-kilo meter bahkan berpuluh-puluh kilo meter aku mencoba menawarkan liontin peninggalan ibu. Tapi tiada seorang pun tertarik. Bahkan untuk meliriknya saja tak ada yang mau. Nyapapun mereka enggan. Memang apalah arti dari sebuah liontin perak yang sudah kusam dan lusuh.

Tepat jam 11 siang. Saat aku duduk di sebuah taman yang indah dengan bunga-bunga yang bersemi mengelilingi indahnya air mancur. Berpadu dengan pancaran cahaya matahari yang mengikis bumi. Ku sandarkan tubuhku yang kurus di bawah rindangnya sebuah pohon.
”Ya Allah, mengapa Engkau bebani hamba dengan sesuatu yang tak mungkin hamba hadapi. Ya Allah, tabahkanlah hatiku.” keluhku dengan rasa hati yang terbebani.

Sambil melihat sebuah liontin yang sedari tadi bersahabat dengan tanganku. Sesaat aku teringat kepada ibu. Betapa beliau sangat menyukai liontin ini. Tiba-tiba di sampingku berdiri tegap sesosok lelaki dan melempar secuil senyumnya untukku.
“Hay, kok sendirian. Liontin kamu bagus banget. Apa liontin itu kamu jual?” tanyanya
“I…i…iya.” kataku gagap.

“Boleh aku melihatnya. Em……kamu kasih berapa?” tanyanya sekali lagi.
“Terserah anda.” gumamku
Lalu ia mulai merogoh saku kemejanya. Dan mengeluarkan selembar kertas berwarna biru.
“Ini, ambil.”

Aku tersenyum dan mengambil uang yang dia sodorkan kepadaku.
“Terima kasih.” jawabku sambil berlari. Saking senengnya aku tak lagi menghiraukan panggilannya. Saat aku berada di sebuah jalan yang berwarna hitam dan berpadu dengan garis vertikal putih, tanpa kusadari sebuah mobil menyerempetku. Tapi tak apa. Meskipun kakiku sakit, aku tetap berlari karena adikku sudah menunggu kedatanganku.
“Hay tunggu, siapa namamu?”

Sepertinya seseorang yang menabrakku itu memanggil aku. Tapi tak sedikit pun kupedulikan. Aku tetap berlari karena adik kecilku telah menunggu. Tapi apa yang terjadi? Ketika aku sampai, kulihat wajah Nia pucat pasi. Dan suhu badannya semakin meninggi. Tanpa berfikir panjang, kuguendong tubuh kurus itu. Seperti mayat hidup tubuhnya. Sudah lemah tak berdaya. Bebrapa saat kami tiba di rumah sakit. Bukan penanganan ataupun pengobatan yang kami terima, melainkan cemooh dari orang-orang yang pintar yang tak tahu kepintarannya.

“Hey, mau apa kamu ke sini?” kata seorang dokter yang baru keluar dari kamar ICU.
“Adik saya sakit Dok. Tolong obati dia.” kataku sambil memelas penuh iba.
“Apa aku tak salah dengar? Emang kamu berani bayar berapa?” kata dokter itu.
“Saya cuma punya uang Rp. 50.000,00 dok. Tapi saya janji akan membayar semua kekurangannya. Saya janji Dok!” kataku sambil menyodorkan selembar uang itu.
“Ha..ha… cuman 50.000,00! Apa tidak salah?” kata dokter itu sambil membolak-balikkan uang itu dan melemparkannya tepat di mukaku.

“Tolong Dok obati adik saya.” kataku sambil bersujud di kakinya. Walau kutahu hal itu tidak pantas untuknya. Selang beberapa waktu dia melepaskan kakinya dari tanganku. Dan berjalan bak peragawati patah tulang. Kami hanya mampu menangis. Dan sepertinya adikku sudah tak kuat. Harus ke mana lagi aku melangkah. Semua rumah sakit telah kami singgahi, tapi tak satu pun dari mereka berbelas kasih. Kami berjalan menyusuri jalan yang tiada ujung. Dan sesekali merintih.

“Ya Allah, sampai kapan akhir dari semua ini?” rintihku
Adikku semakin lemas tak berdaya. Pada akhirnya dia pun menghembuskan nafas terakhirnya di atas gendonganku. Seketika itu aku menjerit.
“Tida……k, Nia…….. jangan tinggalin kakak sendirian Nia.. Nia, bangun….” jeritku sambil memeluk jasad adik kecilku.

“Kamu pernah bilang sama Kakak, kamu harus terus menemani Kakak sampai kapanpun. Iya kan Nia!. Nia bangun. Nia, Nia……!!”
Jeritku kembali memecah bisingnya kendaraan. Tanpa sadar seseorang mendekatiku. Rupanya dia yang membeli liontin dan menabrakku tadi siang. Aku hanya bisa bersandar lemah di tepi jembatan.

“Kamu harus tegar. Ini adalah cobaan.” katanya sambil menepuk pundakku. Tapi aku hanya mampu menangis meratapi kepergian adikku tuk selamanya.
“Mari kita makamkan bersama."

Aku hanya bisa mengangguk. Dan dia menggendong jasad tak bernyawa itu ke dalam mobilnya. Jembatan dan derasnya aliran sungai itu menjadi saksi bisu kegundahan hati ini. Jasad Nia kami kuburkan tepat di samping gubuk reotku. Kupeluk nisan yang berwarna putih itu dengan linangan air mata yang tak pernah kering. Disaksikan ilalang dan rumput liar. Bersinarkan senja merah yang mulai redup sepi. Bunyi di balik awan kembali dalam peraduan. Entah, aku masih belum rela atas kepergian Nia. Aku selalu bertanya-tanya, apakah Tuhan tak sayang padaku? Kini aku harus bisa hidup sendiri melawan kepalsuan. Dan bermain dengan kenyataan yang harus aku perjuangkan.
“Ya Allah, sungguh begitu berat perjalanan hidup ini!” gumamku.

Sampai sang sunyi datang, aku masih termangu menyaksikan adikku yang sedang menikmati tidur panjangnya. Aku hanya mampu berdo’a agar Nia bahagia di alam kedamaian itu. Aku tak tahu kapan dia datang. Tiba-tiba dia duduk disampingku dan mencoba menghiburku.

“Yang sabar ya. Oh ya aku Fahmi.” katanya dengan mengulurkan tangan pertanda keakraban.
“Rifha.” Kataku.
“Ini aku bawakan makanan. Dimakan ya. Kalau anggak entar sakit loh. Sudah relakan saja dia. Aku yakin adikmu pasti bahagia di sana.” bujuknya sambil menyodorkan bungkusan itu kepadaku.

“Kamu kenapa repot-repot datang ke sini?” kataku dengan pandangan kosong.
“Kalau boleh jujur, demi Allah aku sayang sama kamu. Sejak pertama kali kita bertemu, aku rasa kamu berbeda dengan gadis-gadis yang lain.” katanya sambil memegang erat tanganku. Dan sorot mata yang tajam itu seolah penuh harap.

“Ah, bulsyit. Kamu tidak bisa semudah itu merayu aku. Aku tak seperti cewek-cewek yang kamu temui.” bentakku
“Ok, kamu terserah mau bilang apa ke aku. Tapi sekarang aku minta kamu makan dulu. Nanti kamu sakit, ya. Udahlah Allah kan…”
“Cukup, jangan sebut itu! Di mana letak keadilan dan kasih sayang-Nya?” kataku dengan kegalauan.

“Hay Rif, apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan barusan?” kata Fahmi.
“Memang kamu tak merasakan apa yang selama ini aku rasakan. Bagaimana rasanya menjadi orang bodoh dan miskin sepertiku yang selalu dihina dan dicaci tiada henti. Sakit… sakit… rasanya hati ini. Berbeda denganmu. Sungguh, kamu tak pernah merasakan apa yang aku rasakan.!” kataku dengan derasnya air mata bak air terjun yang turun dari kelopak mataku. Dan semua menjadi hening. Hanya suara binatang- binatang kecil yang memecah kesunyian. Aku kembali merintih sambil mengusap air mata itu.

“Apakah adil kalau anak miskin dalam kebodohan harus kehilangan kasih sayang sebuah keluarga? Sejak kecil aku dambakan hal itu. Tapi apa yang kudapat? Malah aku sekarang kehilangan semuanya. Kehilangan masa depan, juga adikku. Dan sekarang aku sendiri berjuang melawan kemunafikan ini. Apakah itu yang dinamakan adil dan sayang?”
Kini tangisku tidak bisa kubendung lagi. Luka dan kedukaan hati menjadi teman abadi. Isak tangisku semakin mengeras. Menyelimuti kebimbangan ini. Dia pun merangkul tubuhku dan berbisik halus mencoba mengingatkan diriku kepada Tuhan.

“Sudah. Istighfar Rif. Istighfar.” katanya seraya ingin mendamaikan jiwaku.
“Astaghfirullah hal adzim. Ya Allah, ampuni dosaku.”
Kutemukan kedamaian dalam pelukan Fahmi. Dialah sosok lelaki yang aku rindukan. Yang mampu memadam emosi dalam jurang kegelapan.
“Apakah kau mau menerimaku dan tinggal bersamaku? Aku damai di sampingmu.” katanya.
“Ya, tapi?” kataku ragu

Lalu dia menutup bibirku dengan jari telunjuknya. Dan menggelengkan kepala seraya dia tidak mau mendengar kata yang hendak aku katakan.
“Terima kasih Tuhan. Kau berikan aku kebahagiaan yang selama ini aku nanti. Ridhoilah jalan hidup yang telah kami pilih ini.” pintaku dalam hati.

Seraya angin, bulan dan sahabat-sahabat kecilku ikut merasakan kebahagiaan ini.
“Bapak, Ibu dan Nia, semoga kalian juga bahagia di sana. Seperti kebahagiaan yang kini kurasa.” gumamku dalam hati.
Dan aku mulai terlelap dalam timangan sang sunyi, bersama kehangatan cinta kasih.**

Lamongan, 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt